7 Kesalahan Dasar Produk Baru Bagian Ketiga – ini dia kumpulan artikel terakhir dari 7 kesalahan dasar produk baru. Jika sebelumnya kita sudah membahas kesalahan targeting & kesalahan positioning, sekarang kita akan membahas 3 point berikutnya dari 7 Kesalahan Dasar Produk Baru. Agar produk atau layanan tersebut bisa menjadi bisnis rumahan / peluang bisnis / kerja sampingan yang berguna untuk kita.
7 Kesalahan Dasar Produk Baru Bagian Ketiga
Buat kalian yang belum membaca dari awal, kalian bisa membaca artikel sebelumnya di 7 kesalahan dasar produk baru bagian kedua – 7 kesalahan dasar produk baru bagian pertama.
Ini dia 7 Kesalahan Dasar Produk Baru Bagian Ketiga :
5. Salah Pricing
Satu hal yang perlu di ingat adalah “price is nothing to do with cost” sering kali produk baru di tentukan harganya berdasarkan biaya produksi, biaya distribusi biaya packaging dan lain-lain .padahal biaya sama sekali bukan factor utama dalam menentukan harga suatu produk.
Harga suatu produk memang harus reasonable, tapi harga juga mencerminkan perceived value yang akan masuk kedalam benak konsumen akan suatu produk. Artinya , jangan menentukan harga terlalu mahal atau terlalu murah. Kesalahan yang sering dilakukan pemasar dalam pricing adalah tidak mau melihat dari kacamata konsumen. Misalnya ada banyak konsumen di banyak lapisan Indonesia dan juga di banyak Negara yang tidak yakin kalau produk murah mutunya baik. Begitu harganya murah sekali mereka bisa curiga jangan-jangan isinya tidak bagus.
Ekstremnya, lupakan soal cost dalam menjalankan pricing. Pikirkan berapa yang konsumen siap bayar. Itulah price nya . Tapi untuk bisa mencapai level itu, suatu produk harus punya value. Ini dapat dibangun dari beberapa segi, seperti dari kemasan, komunikasi dan gengsinya. Masih banyak faktor yang bisa di pertimbangkan dalam menentukan harga suatu produk, seperti kualitas, perceived value, faktor kelangkaan suatu produk, kekuatan merek yang diusungnya dan kekuatan packaging.
Baca Artikel ” Tentang Peluang Usaha Menjanjikan “
Satu hal lagi yang perlu di ingat, jauh lebih mudah untuk menurunkan harga suatu produk baru, daripada menaikannya. Jika suatu produk baru dinaikan harganya, maka tentu ada “harga” tambahan yang bisa jadi jauh lebih besar yang harus dibayar. apalagi untuk produk baru yang belum teruji secara luas dipasar, hampir mustahil menaikan harga. Sebaliknya untuk menurunkan harga, hanya perlu dipikirkan jangan sampai jatuh image (terkesan murah) dan jangan sampai terkesan perang harga.
6. Kesalahan Distribusi
Pernakah anda menyukai suatu produk, tapi anda sangat sulit menemukan setiap kali mencarinya? Entah karena alasan habis stok, butuh waktu lama untuk produksi, dan masih banyak lagi alasan lain. Setiap kali konsumen mencari produk dan tidak menemukannya, maka produk tersebut akan mengalami kerugian besar.
Sebab yang sudah pasti dari permasalahan diatas adalah strategi distribusi yang tidak dijalankan dengan benar. Ditengah banyaknya pilihan produk lain sekarang ini, konsumen akan mudah berpindah kemerek lain. jika mereka sulit menemukan produk anda. ini pasti terjadi pada produk-produk yang bersifat komoditas dan produk yang dipakai secara rutin.
Baca juga Informasi tentang ” Partner Bisnis Waralaba Makanan “
Satu hal lagi, bisa juga suatu produk baru didistribusikan tidak tepat sasaran, misalnya produk mewah didistribusikan dilokasi yang di kelilingi segmen kelas bawah atau sebaliknya. Jika kalangan atas harus mencari produk mewah di lokasi segmen kelas bawah, bisa dipastikan mereka tidak akan menemukannya.
Bagi kalangan elite, citra sangatlah penting. Akses lokasi bisa diburu jika sepadan dengan citra kalangan ini. Barangkali suatu produk ingin menjadi emas ditengah pasir. Tapi, konsumen tidak mau begitu. Emas harus berada di tengah-tengah emas. Pasir harus berada di tempatnya pula.
Produk yang berada di lokasi yang salah bisa jadi akan sepi pengunjung. Konsumen di segmen atas enggan berada dalam satu lokasi dengan segmen bawah. Itulah karakter pasar yang tidak boleh di baurkan. Demikian faktor distribusi tentu memainkan peranan penting untuk memastikan suatu produk bisa didistribusikan dengan cepat dan tepat sasaran.
7. Salah Momentum
Dalam pemasaran, timing is everything. Mengapa ? karena timing selalu terkait dengan momentum. Momentum inilah yang menjadi titik awal apakah sebuah produk baru bisa dengan cepat masuk kedalam benak konsumen atau tidak. Artinya, momentum mesti tepat. Marketer harus berjudi dengan waktu. Tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Jika tidak pas, produk baru sering kali akan gagal di pasaran.
Ketika meluncurkan sebuah produk atau layanan baru, faktor timing berperan vital. Tentu dibutuhkan ketajaman bisnis untuk bisa mengetahui momentum yang tepat. tidak selalu juga pionir yang lebih sukses dari follower, atau sebaliknya. Meski demikian ,dunia bisnis selalu diwarnai dengan ketidakpastian dalam kondisi seperti itu, tidak selamanya menjadi follower pasti akan kalah.
Dalam bisnis dot com, 7 Kesalahan Dasar Produk Baru Bagian Ketiga kejadian ini dialami toko buku barnes ‘n Noble, yang lebih dulu muncul tapi kemudian dikalahkan oleh Amazon. Lalu indomie terlambat masuk di bandingkan dengan supermi, tapi ternyata Indomie berhasil menguasai mind share generasi berusia 30 tahun kebawah.
Supaya bisa memprediksi momentum yang tepat, seorang marketer membutuhkan analisis bisnis yang tajam. Artinya, dia harus bisa melihat kapan harus bergerak duluan, dan kapan harus wait and see. Kecerdasan bisnis seperti ini hanya bisa diperoleh seseorang melalui observasi dan pengalaman yang cukup lama. Dan biasanya, hal ini dipunyai oleh sang pemilik – bukan para professional. Sebab naluri bisnis cuma bisa didapat melalui serangkaian proses pengalaman.
Sekian informasi mengenai 7 Kesalahan Dasar Produk Baru Bagian Ketiga Dan untuk kalian yang ingin mulai berbisnis makanan atau sedang mencari peluang usaha yang cocok, kami juga menyediakan artikelnya loh. Semoga tips ini bisa berguna untuk kalian yang ingin belajar / terjun di dunia bisnis baca juga Artikel tentang ” Tips Memilih Waralaba Makanan “
Sumber :
Majalah Markerting Edisi 09/XV/SEPTEMBER 2015